Search

Friday, April 1, 2016

Dibalik Senyuman McD

DIBALIK KERAMAHAN SENYUM RONALD Mc DONALDS DALAM SEBUAH KISAH




RV-a - Siapa yang belum tau Restoran Terkenal ini? Tentu, hampir semua masyarakat tau 
McDonald. Saya dulu pernah jalan jalan sama keluarga.

Kebetulan waktu itu di kota saya, restoran fast food paling ngetop sedunia ini terbilang masih 
baru dibuka, jadi pasti banyak remaja yang menghabiskan waktu disana. 
Tempat ini benar-benar mengasyikkan sampai kita begitu betah menghabiskan waktu 
yang tak terasa lewat begitu saja, kita bisa makan-makanan enak sambil dengerin musik, 
lihat anak-anak kecil bermain, lihat cewek-cewek :v, pokoknya asik plus nyaman banget lah...

Tapi sebenarnya jika kita duduk didalamnya, terutama di dekat jendela kacanya, kita bisa 
melihat keluar menatap 'manisnya' realita kehidupan sebenarnya: anak-anak jalanan yang 
menggantungkan hidupnya di perempatan, ibu-ibu tua pengemis yang duduk sambil 
menggendong bayi mereka mengharap belas kasihan dari pengunjung-pengunjung 
McDonalds, abang-abang pengayuh becak yang sepanjang hari sabar menunggu 
penumpang dan pedagang kaki lima yang berjejer-jejer di pinggir jalan...
Sampai suatu ketika saya pernah membaca tulisan tentang McDonald's ini...

Oke, saya ceritakan apa yang pernah dikatakan salah seorang eks-pekerja McD 
tentang bagaimana McD mendapatkan ayam-ayamnya.

Dia mengatakan kondisi peternakan McD sangat buruk, bahkan itu lebih mirip tempat 
penyiksaan ketimbang tempat peternakan. Ayam-ayam diletakkan di kandang yang 
sama sekali tidak layak disebut kandang. Sempit dan tak punya akses cahaya matahari. 
Tempat yang seperti itu menyebabkan ayam-ayam tersebut tidak dapat bergerak, 
bahkan untuk sekedar berdiri. Banyak di antara ayam-ayam tersebut yang patah tulang atau 
terluka, bahkan tidak sedikit juga yang mati. Sudah sejak kecil ayam-ayam itu disuntik 
obat anti-biotik dan obat-obatan yang akan membuat mereka cepat tumbuh besar. 
44% ayam-ayam tersebut mengalami gangguan kesehatan akibat obat-obatan tersebut dan 
pengaruh kandangnya. 

Ayam-ayam yang mengalami hal ini akan dipisahkan dari 
ayam-ayam lainnya untuk dibantai secara kejam dengan gas beracun. Ayam-ayam yang terpilih, 
yang tidak cacat dan telah berumur 6-7 minggu kemudian dikirim ke tempat penjagalan. 
Sebaiknya jangan pernah membayangkan ayam-ayam tersebut dibunuh dengan baik-baik. 
Di tempat jagal, ayam-ayam itu digantung terbalik dengan kaki di atas dan kepala di bawah. 
Kemudian ayam-ayam tersebut dicelupkan ke dalam air yang dialiri listrik. 
Banyak di antara ayam-ayam tersebut yang tidak mati namun begitu menderita akibat sengatan 
listrik. Barulah setelah itu ayam-ayam tersebut dipotong. Tapi itu bukan pemotongan yang 
sempurna, melainkan sembarang saja. 

Satu persen dari ayam-ayam tersebut masih tetap hidup setelah dipotong untuk kemudian 
dimasukkan ke dalam tangki daging. Ayam-ayam yang masih hidup tersebut memang akan mati, 
tapi itu adalah kematian yang perlahan dan sungguh menyiksa! 
Benar-benar horor yang menakutkan bukan... Padahal, ayam halal,itu karena disembelih,
kalo ini? apakah disembelih? apakah halal? Menurut saya tidak.

Dalam proses produksi itu, McD benar-benar telah melakukan eksploitasi tanpa batas terhadap 
Sumber Daya Alam yang kita miliki. Mungkin sebagian orang beranggapan... 

"Terus emangnya kenapa, itu kan cuma ayam !?" Memang itu cuma ayam, cuma seekor hewan 
yang biasa dijadikan sumber makanan bagi manusia, tapi apakah ayam tidak memiliki rasa 
sakit seperti manusia? Apakah ayam tidak merasa tersiksa karena ekspolitasi yang 
diperlakukan kepada mereka? Apakah mereka tidak berhak untuk hidup bebas dan berkeliaran?
 Ayam-ayam itu telah menderita untuk kita, dan apakah McD peduli dengan hal ini? Tentu saja
 tidak, korporasi mempunyai sifat dasar untuk tidak peduli kepada apapun kecuali kepada 
PROFIT/KEUNTUNGAN ! Jadi, ayam-ayam itu telah menderita demi keuntungan yang direguk 
oleh korporat internasional!"



Oh jadi seperti itu ya... Ronald McDonalds, 
badut McD yang kelihatan lucu, ramah dan selalu 
tersenyum itu ternyata tidak selucu dan tidak 
seramah yang saya sangka.

Sampai sini, saya memutuskan untuk tidak lagi 
melangkahkan kaki ke McD ! (Sebuah pilihan dasar 
yang kamu semua juga punya, seperti kata Arundhati 
Roy, penulis dan aktivis India: untuk merubuhkan 
sistem kapitalisme global dan korporat-korporatnya yang merugikan, kamu hanya perlu 
menggunakan hak pilih kamu yang paling dasar, yaitu 

MEMILIH UNTUK TIDAK MEMBELI LAGI PRODUK-PRODUK KORPORASI INTERNASIONAL!

Saya juga pernah membaca...

Pada tanggal 31 Maret 1998, digelar pengadilan untuk kasus tuntutan NUS 
(National United Student – organisasi pelajar di Inggris) kepada McD. Tuntutan NUS yaitu, 
McDonald's adalah praktek anti-perserikatan pekerja, pengeksploitasian pekerja yang
berhubungan dengan pengrusakan lingkungan, kekejaman pada hewan dan promosi 
produksi-produksi makanan yang tidak sehat. Dan di akhir persidangan, majelis hakim 
memenangkan tuntutan NUS dan menyatakan bahwa McD bersalah dengan fakta-fakta 
berikut:

(1) McD mengeksploitasi anak-anak dalam iklan-iklannya
(2) McD bersalah atas kekejamannya terhadap hewan-hewan
(3) Perusahaan tersebut anti-perserikatan pekerja dan membayar pekerjanya di bawah 
      standar
(4) McD bersalah atas penghancuran hutan hujan di negara-negara dunia ketiga
(5) Penyia-nyiaan, polusi, dan sampah dari sisa-sisa produk McD yang tidak bisa didaur ulang
 
(rilisan London Greenpeace, 14 April 1998)

Akhirnya sampai sini, saya lebih yakin untuk memutuskan tidak lagi melangkahkan kaki ke McD !
(Makan nasi pecel mak Jum masih enak koq, ya gak...). 
Dan siapakah yang tahu bagaimana McD memperlakukan sisa lebih stok makanan 
mereka setiap harinya? McD memasukkan burger-burger, daging-daging, nasi dan stok 
makanan lainnya ke dalam karung dan kemudian menyiramnya dengan air agar 
makanan-makanan tersebut tidak berbentuk lagi hingga tak dapat dimakan dan kemudian baru 
dibuang ke tempat sampah! Wah gila benerrr... Sementara, kita tahu ini, semua orang tahu ini 
dan Tuhan juga tahu ini: di luar jendela kaca McD, di jalanan-jalanan, dimana anak-anak, 
gelandangan, pengemis dan jutaan rakyat miskin melilit menahan lapar perutnya setiap hari ! 
Tapi McD lebih memilih untuk memusnahkan kelebihan stok makanannya daripada 
membagi-bagikan stok lebih makanannya itu kepada mereka !

Dan inilah mitos yang perlu dikembangkan terhadap McD:
- Penyebab Kanker (McCancer) : merusak kesehatan karena setiap yang dijual di McD 
  adalah hasil dari bahan pengawet dan bukan makanan segar
- Pembunuh (McMurder) : pembantai hewan-hewan hanya untuk menambah keuntungan
- Perusak (McDestructor) : menghabiskan hutan-hutan di negara-negara dunia ketiga untuk 
  kepentingan peternakannya demi (lagi-lagi)menambah keuntungannya tanpa mempedulikan 
  hak rakyat dan hak adat pada tanah untuk melanjutkan hidup
- Penyia-nyiaan Bahan (McWaste) : membuat produk yang tidak bisa di daur ulang
- Rakus (McGreedy) : mengeksploitasi tenaga kerjanya dengan waktu yang represif dan upah
  yang rendah

SEMUANYA ITU DEMI MENAMBAH KEUNTUNGAN !
Jadi... Ini semua berarti bahwa kunjungan kita ke McD adalah pernyataan dukungan terhadap 
sistem yang telah merusak dan menghancurkan planet bumi ini, yang telah menghancurkan 
kehidupan para petani dan kaum adat di dunia ketiga, yang telah memperbudak manusia 
lewat jam kerja yang panjang, tidak masuk akal dengan upah yang minimum, yang telah 
membuat nilai rupiah jatuh sedemikian rupa di hadapan dollar dan menyebabkan lumpuhnya 
perekonomian negara ini.

Dan untuk terakhir kalinya...

Kita bisa memilih seperti apa yang dianjurkan Arundhati Roy, 
MEMILIH UNTUK TIDAK LAGI MEMBELI PRODUK-PRODUK KORPORASI YANG KEJAM !

Dan tentu saja, di era globalisasi dan konsumerisme seperti saat ini
(yang bahkan hanya untuk berlebaran, natal, imlek, dan ritual-ritual keagamaan lainnya, 
kita merasa harus berbelanja!), McD bukanlah satu-satunya produk korporasi yang harus kita
tolak !

CARI, BUAT DAFTAR, dan STOP MEMBELINYA !

- Reyhan Vivaldi

BACA JUGA 






sumber : http://antifa-nusantara.blogspot.co.id/2012/01/waktu-menulis-ini-saya-langsung.html?m=1

No comments:

Post a Comment